How-to: Review Makanan ala Travel Blogger

How-to: Review Makanan ala Travel Blogger – Food review bukan lagi sekadar hobi — bagi banyak travel blogger, itu sudah jadi bagian penting dari konten yang menarik, informatif, dan kadang… bikin lapar para follower-nya! Tapi membuat review makanan yang menggoda selera bukan cuma soal memotret makanan dan bilang “enak”. Butuh gaya penyampaian khas, pemilihan kata yang tepat, serta sudut pandang unik agar pembaca atau penonton merasa seolah ikut mencicipi.

Dalam artikel ini, kita akan bahas langkah demi langkah how-to: review makanan ala travel blogger, mulai dari observasi rasa sampai penyampaian yang engaging di blog, Instagram, maupun TikTok.

How-to: Review Makanan ala Travel Blogger

How-to Review Makanan ala Travel Blogger
How-to Review Makanan ala Travel Blogger

1. Pahami Tujuan dari Review Makanan

Sebelum kamu mengulas, pastikan kamu tahu tujuan dari review itu:

  • Memberi informasi otentik dan jujur

  • Membangun kepercayaan followers

  • Menampilkan budaya lokal lewat kuliner

  • Menarik kolaborasi brand F&B atau tempat wisata kuliner

Ingat, review makanan yang bagus bukan soal memuji, tapi menceritakan pengalaman dengan jujur dan menarik.


2. Pilih Kuliner yang Relevan & Menarik

Jangan asal pilih makanan. Travel blogger biasanya memilih kuliner berdasarkan:

  • Ciri khas daerah: seperti Gudeg di Yogyakarta, Rendang di Padang, atau Ayam Taliwang di Lombok.

  • Popularitas di media sosial: Makanan viral punya potensi konten tinggi.

  • Cerita di balik makanan: Ada sejarah, warisan keluarga, atau teknik unik? Itu nilai plus!

Tips: Kunjungi tempat makan yang punya konsep lokal, hidden gem, atau yang sedang naik daun.


3. Teknik Observasi Sebelum Review

Saat makanan datang, jangan buru-buru makan! Perhatikan dan catat hal-hal ini:

  • Tampilan visual: Warna, plating, tekstur.

  • Aroma: Apakah wangi rempah, gurih, manis?

  • Tekstur saat disentuh/dipotong: Renyah, lembut, chewy?

  • Rasa: Coba deskripsikan dengan detail, misalnya:

    • Gurih seperti kuah kaldu yang direbus lama

    • Pedas yang membakar perlahan lalu hilang

    • Manisnya tidak lebay, lebih ke arah caramel alami

Gunakan semua panca indera agar review terasa hidup.


4. Gaya Bahasa: Bikin Pembaca Ikut Lapar

Gaya penulisan atau penyampaian video jadi kunci utama. Berikut tipsnya:

  • Gunakan Deskripsi Sensorik
    Contoh: “Satu gigitan pertama langsung menghadirkan kehangatan rempah yang meresap ke nasi, berpadu dengan tekstur ayam bakar yang juicy dan beraroma asap.”

  • Cerita Pendukung
    Tambahkan latar belakang tempat makan atau kisah unik penjualnya. Misalnya: “Warung ini sudah berdiri sejak tahun 1985 dan hanya buka 3 jam sehari.”

  • Bumbui dengan Gaya Personal
    Gunakan gaya khas kamu — lucu, puitis, atau to the point. Misal: “Ini mie ayam paling ‘nempel di lidah’ yang pernah gue coba!”


5. Foto & Video: Visual Sama Pentingnya

Konten visual akan mendukung kekuatan review kamu. Beberapa hal penting:

a. Foto

  • Lighting alami adalah yang terbaik, terutama saat siang hari.

  • Gunakan angle flat lay, close-up, atau food-in-hand.

  • Edit ringan saja: tambahkan sedikit brightness & contrast untuk mempertegas tekstur makanan.

b. Video

  • Ambil footage saat makanan dimasak atau disajikan.

  • Gunakan slow motion untuk saus dituang, atau makanan digigit.

  • Tambahkan narasi suara (voice over) atau subtitle agar penonton tetap engage.

Tools gratis yang bisa kamu pakai: CapCut, VN Editor, Snapseed, Lightroom Mobile.


6. Format Review: Blog vs Instagram vs TikTok

a. Blog / Website

  • Cocok untuk review panjang dan SEO-friendly.

  • Gunakan struktur: pembuka – deskripsi makanan – kesan pribadi – info lokasi – rating (jika perlu).

b. Instagram

  • Gunakan carousel untuk review bertahap (1 slide makanan, 1 cerita, 1 lokasi, dst.).

  • Caption singkat tapi menggugah.

  • Jangan lupa tag akun tempat makan dan lokasi.

c. TikTok / Reels

  • Buat storytelling 30-60 detik.

  • Pakai opening yang langsung menarik, seperti “5 Ribu dapet nasi bebek seenak ini?!”

  • Gunakan sound trending & teks auto-caption.


7. Beri Penilaian, Tapi Tetap Subjektif

Kalau kamu ingin memberi rating, gunakan sistem sederhana seperti:

  • Rasa: 🌟🌟🌟🌟

  • Harga: 💸💸 (affordable)

  • Suasana: 🪑🪑🪑

  • Kebersihan: ✨✨✨✨

Tapi selalu sertakan penjelasan subjektif. Contoh: “Menurutku agak kurang gurih, tapi bisa cocok untuk yang tidak suka terlalu asin.”


8. Tambahkan Informasi Tambahan

Biar review kamu makin lengkap, tambahkan:

  • Alamat & jam buka

  • Harga per porsi

  • Saran menu lain yang direkomendasikan

  • Aksesibilitas (dekat stasiun, tempat parkir luas, dll.)

  • Catatan halal/non-halal


9. Konsisten dan Jujur

Konsistensi membangun kredibilitas. Jika kamu jujur dan rutin membuat review, audiens akan percaya dan brand pun mulai melirik.

Jangan takut menyampaikan kritik selama dengan bahasa yang sopan dan membangun.


10. Kolaborasi dengan Lokal Guide atau Foodie

Saat traveling, kamu bisa cari komunitas foodies lokal atau guide yang tahu tempat makan autentik. Ini bisa memperkaya pengalaman dan konten kamu.


Penutup

How-to: Review makanan ala travel blogger bukan hanya soal menggambarkan rasa, tapi menciptakan pengalaman digital yang membuat pembaca merasa ikut duduk di meja makan yang sama. Dengan pendekatan sensorik, visual yang menggoda, dan gaya cerita yang kuat, kamu bisa membangun persona sebagai reviewer terpercaya — yang bukan hanya bikin ngiler, tapi juga jadi referensi utama kuliner saat traveling.